Bagi kebanyakan orang nama ini mungkin terdengar cukup asing, tidak familiar. Perkenalkan LABKOMMAT, sebuah nama, sebuah tempat, dan sebuah cerita. Labkommat ini sebenarnya adalah singkatan dari Laboratorium Komputer Jurusan Matematika, kumpulan orang-orang dengan kemampuan hebat nan unik, kumpulan keluarga dengan kebersamaan yang akrab dan terbuka. Kami menyebut kebersamaan itu dengan kata yang mungkin tidak punya makna khusus, berlabkommat. Mari saya ceritakan sedikit tentang seperti apa orang-orang di sana.
* * *
Ada bermacam-macam tipe orang di LABKOMMAT. Ada tipe orang yang senang menasehati, sering memberi wejangan serta senantiasa memberikan saran yang membangun dan bebas linear. Ada pula orang yang sering baper (bawa perasaan) tapi ini yang menurut saya aneh, bukankah setiap orang pasti bawa perasaan sendiri-sendiri, tidak mungkin bawa perasaan temannya apalagi perasaan mantannya. Dan yang satu ini selalu ada, tipe orang yang senang mengganggu dan selalu berisik, tipe orang seperti ini akan selalu terlihat ceria dalam segala suasana dan situasi, bahkan kadang di situasi yang tidak tepat.

Selain itu ada juga orang yang lebih tertutup, bukan dari pakaian, tetapi orang yang terlihat lebih jaim (jaga image). Orang seperti ini biasanya cenderung lebih pendiam dan datar seperti fungsi konstan, tapi itu hanya jika kamu belum mengenalnya lebih jauh. Kebanyakan orang pendiam sebenarnya adalah orang yang cerewet hanya pada orang tertentu saja. Tetapi jangan pernah buat orang pendiam marah, atau benda semacam helm bisa melayang.
Terkadang juga orang pendiam itu adalah orang yang sebenarnya butuh diajak bercanda bersama. Orang yang butuh melepas beberapa beban dalam hati. Biasanya mereka tidak butuh terlalu banyak hal, setidaknya ada telinga yang siap mendengarkan dan dapat dipercaya, itu sudah cukup.
Masih banyak lagi tipe-tipe orang yang ada di Labkommat. Seperti yang rajin kerja tugas, rajin pulang kampung, dan ada yang rajin kerja tugas di kampung. Ada yang organisatoris, siang malam penuh dengan schedule kegiatan, ada yang pekerja keras mengurusi banyak hal di labkommat yang sebenarnya adalah kepentingan bersama.
Untuk saya Labkommat sudah terasa seperti rumah, selain karena di sana saya punya tempat untuk makan, kerja tugas, online internet, tidur, tetapi juga karena suasananya yang benar-benar kayak rumah, misalnya ketika saya tidak ada, saya akan dicari, dan ketika saya ada, diomeli..

Menurut pandangan saya, tempat seperti Labkommat itu adalah tempat bagi beberapa konsumen makanan terbesar di Asia Tenggara. Jangankan makanan yang ringan-ringan, makanan berat sekelas endapan gunung berapi saja bisa raib dalam sekali mulut terbuka. Tidak jarang karena porsi makanan yang terbatas dan spesies “predator” yang mendominasi, beberapa jenis makanan dikombinasikan dengan nasi, apa saja, yang penting kenyang, meskipun kadang rasanya tidak nyambung. Selain itu salah satu spesies yang juga banyak di labkommat adalah spesies pemalas, terkhusus untuk malas cuci piring.


Dari sekian banyak kekonyolan yang ada di sana, saya tetap betah. Bagi orang yang jauh dari kampung seperti saya, bisa akrab dengan mereka adalah bagaikan punya keluarga di tempat baru. Sebuah kekeluargaan itu tidak harus sedarah, tidak harus se-ras, tidak harus se-prodi. Yang diperlukan hanya se-rasa, satu rasa, sama rasa, sipanrasa-rasa. Sebuah kebersamaan itu mungkin ibarat ngompol di celana, orang-orang cuma bisa lihat betapa konyol kita, tetapi hanya kita yang bisa merasakan kehangatannya.

Meskipun mereka adalah tipe orang-orang yang senang bercanda level keras, nasehat mereka kadang menusuk hati, tingkah mereka kadang menyinggung batin, tetapi mereka apa adanya. Mereka bukanlah orang yang ketika benci akan bilang suka, ketika marah akan bilang senang, dusta seolah menjauh dari mereka. Dan orang seperti itu sulit ditemukan di jaman seperti sekarang, mereka berharga.
Ketika ada yang sedang berjuang, kadang mereka bukan sekadar memberi semangat, tetapi menguji seberapa jauh bisa bertahan. Ketika ada yang sedang bersedih, kadang mereka bukan hanya menghibur, tetapi menemani dan menyadarkan hidup tidak selemah itu.
Mungkin saat ini semuanya sudah saling terpisah jarak puluhan hingga ratusan pulau. Sudah sulit bertemu atau sekadar bersapa. Tetapi sesekali, saat hidup mulai terasa tidak adil atau saat kenyataan terlihat menakutkan, masih ada yang menyimpan rapi “pemberian” mereka yang mungkin akan cukup berharga.
Jika ada di antara mereka yang membaca tulisan ini, mungkin mereka akan tau kalau saya sedang merindukan mereka. Banyak hal yang sempat mau saya ulangi di masa-masa itu, bukan sekadar untuk bernostalgia, tetapi sadar banyak hal bisa diperbaiki. Tetapi berandai untuk sesuatu yang mustahil itu akan sia-sia. Semoga besok lusa Tuhan berbaik hati mendatangkan orang-orang seperti mereka, sebentar saja cukup, setidaknya saya bisa merasakan kekeluargaan itu lagi dan belajar banyak hal baru lagi.
#berlabkommat