Buat kamu yang lagi punya pacar atau ada yang mau jadi pacar kamu, sepertinya kamu harus mampir sebentar di sini. Mari kita bantai bahas sedikit tentang kaum jomblo. Mari kita bicara soal cinta!?
Bicara soal cinta, banyak orang langsung cengar-cengir, itu baru kalau bicara.
Bicara soal cinta, biasanya bicara soal manusia, iya, karena ciptaan Tuhan cuma manusia yang jatuh cinta. Walaupun pada dasarnya, manusia, hewan dan tumbuhan sama-sama melakukan perkawinan dan sama-sama berkembang biak (bedanya, manusia punya spesies jomblo), namun hewan dan tumbuhan melakukannya bukan karena cinta, tapi karena insting.
Dulu waktu masih kecil saya sering liat orang dewasa yang pacaran, tapi sekarang ketika saya mulai beranjak dewasa saya liat banyak bocah yang pacaran. Hei!!
Banyak orang yang bilang seperti ini “Waah masih jomblo ko? Karatan ko lama-lama”. Biasanya orang yang bilang seperti itu pasti punya pacar atau paling tidak sudah menikah. Terus yang dibilangi begitu adalah para fakir asmara yang biasanya suka berdoa minta hujan di malam ahad. Di jagad dunia maya ini seolah-olah jomblo itu selalu jadi ras yang paling hina di-bully, memangnya jomblo salah apa?

Saya pernah berpikir, apa yang salah dengan punya pacar? Kenapa banyak orang yang lebih memilih jadi, maaf jangan tersinggung, jomblo. Dan lebih banyak lagi yang menyerukan, pacaran itu tidak boleh, pacaran itu begini, begitu, begadang, NDAK BOLEH!!!
Padahal bukannya kalau punya pacar bisa bikin semangat ke sekolah (bagi yang sekolah), bikin semangat ngampus (bagi yang kuliah), bikin semangat kerja bagi yang sudah kerja!? Bukannya dengan punya pacar bisa bikin hari-hari penuh rasa bahagia!? Punya tempat curhat!? Punya teman cerita!? Punya supir pribadi!? Bukannya cinta itu anugerah!? Bukannya cinta itu normal!? Bukankah cinta itu abadi!?
Baiklah mari kita telaah lebih lanjut. Sebenarnya pacaran itu apa!? Apa itu pacar!? Adakah hubungan pacaran dan pernikahan!? Mungkin pacaran secara definisi dan bahasa semua orang sudah tau, bahkan kaum jomblo yang tidak punya pacar pun sudah paham. Tapi secara makna sebenarnya pacaran itu apa? Mungkin pertanyaan berikut ini bisa menjawab sebenarnya apa makna dari pacaran, (yang jomblo cukup menyimak saja).
“MENGAPA KAMU PACARAN?”
Pacaran itu untuk persiapan nikah
Kalau kamu punya pacar dan pacaran sudah cukup lama, mungkin kamu pernah dengar atau pernah dikasih tau kalo pacaran itu dilarang dan sering disarankan untuk menikah saja. Sudahlah tidak usah pacaran, pacaran itu cuma main-main saja.
Tapi bukannya pacaran itu persiapan nikah!? Bukankah melalui proses pacaran bisa lebih kenal, bisa lebih sayang, dan nantinya bisa saling mengerti dan jadi langgeng di pernikahan!?
Kebanyakan orang memang pake alasan pacaran sebagai persiapan untuk menikah, katanya bagaimana mungkin langsung menikah tanpa kenal dulu!? Itu kan kayak beli kucing dalam karung, itupun kucing mana yang di-packing pake karung.
Sebenarnya untuk kalian yang dibutakan oleh “yang katanya” cinta mungkin kalian tidak sadar kalo sebenarnya nikah dan pacaran itu tidak ada hubungannya sama sekali.
Mau pacaran atau tidak pacaran tidak ada yang jamin akan tetap langgeng. Mau pacaran atau tidak pacaran tidak ada jaminan pasti akan cocok. Dan mau pacaran atau tidak pacaran tidak bisa dipastikan akan bahagia atau tidak setelah menikah. Tidak percaya? Coba lihat negara-negara yang membebaskan pacaran seperti, USA, Rusia, Italia, Spanyol, Brazil, dll, bahkan yang mau “pacaran level ekstrem” bisa di negara-negara itu. Tapi berdasarkan data global, beberapa di antara negara itu adalah negara dengan tingkat perceraian tertinggi. Lah kok bisa!? Tanya sama rumput yang bergoyang.
Bukankah kita sudah sering lihat berapa banyak orang pacaran yang niatnya setia ujungnya ditinggal nikah #nikahanmantan!? Berapa banyak orang yang 5 sampai 8 tahun lamanya pacaran, berakhir “tragis” dengan berbagai cara!? Berapa banyak orang pacaran yang katanya cinta mati akhirnya diduain!? Lebih banyak mana dengan yang mulus pacaran hingga menikah?
Intinya apa? Jadi tidak ada hubungannya lama pacaran sama tingkat ke-langgeng-an rumah tangga. Tidak ada hubungannya pacaran dengan tingkat kecocokan dalam pernikahan. Tidak ada jaminannya yang dipacari akan dinikahi. Pacaran dan nikah tidak ada hubungannya. Yang namanya jodoh, mau dikejar dengan cara benar atau cara salah, mau dikejar atau tidak dikejar, pasti akan ketemu juga. Asam di gunung, garam di laut…
Tapi kami pacaran saling jaga diri
Alasan terbanyak selanjutnya bagi orang-orang yang pacaran adalah karena pacarannya (katanya) “syar’i”. Pacaran saling jaga diri, tidak melakukan yang dilarang agama. Tidak ngapa-ngapain. Lah trus, kalau nggak ngapa-ngapain, ngapain pacaran?.
Ketika pacaran bukan untuk melanggar aturan agama, lalu untuk apa pacaran? Supaya bisa menjaga calon jodoh!? Supaya si-dia tidak diambil orang!? Supaya direstui dan bisa kenal sama keluarga!? Bukannya di atas sudah dibahas, pacaran dan nikah tidak ada hubungannya!?
Sekali lagi, sebenarnya kalian yang dibutakan oleh “yang katanya” cinta, mungkin lupa bahwa, yang jauh akan mendekat, yang hilang akan ketemu, yang pergi akan kembali, kalau memang jodoh, percayalah. Pacaran tidak menjamin dia jodoh, pun jodoh tidak harus pacaran.
Kalau sudah pacaran pasti ada “apa-apanya”. Atau paling tidak akan mulai mengarahkan ke “apa-apa”.
Nggak kok, sudah bertahun-tahun tapi tetap tidak ada apa-apa!
Lalu adakah yang bisa menjamin dengan tetap pacaran akan tetap tidak ada apa-apa? Bukankah mencegahnya lebih baik!?
Padahal kami paling mentok cuma sampai pegangan tangan!
Ketahuilah bagi kamu kaum perempuan, seorang laki-laki normal itu pasti punya kecenderungan untuk mendapatkan dari seorang cewek lebih dari sekadar pegangan tangan. Dan memang seperti itulah adanya. Kalau pacaran masih hitungan bulan-setahunan cuma pegangan tangan itu mungkin saja. Kalao sudah bertahun-tahun!? Masa’ iya bertahun-tahun cuma pegangan tangan terus (mubazir dong).
Kalo ada cowok yang bertahun-tahun pacaran cuma paling mentok di pengangan tangan, mungkin harus diperiksakan ke psikiater, kemungkinan mentalnya ada kelainan. Memang tidak semua pacaran berakhir dengan “apa-apa” itu, tapi semua proses pacaran akan mengarah ke sana. Betul kah tidak!?
Tapi kami beneran serius mengarah ke visi-misi pernikahan. Sudah punya rencana jelas! Bukankah menikah itu suci!? Menikah itu halal dan mau menikah adalah hal baik?

Menikah itu persoalan yang suci dan mempersiapkan pernikahan adalah hal yang baik. Tetapi apakah hal baik dipersiapkan dengan cara yang tidak baik? Tidak ada cara buruk untuk berbuat baik, begitupun sebaliknya.
Kalau pacaran pada akhirnya menikah, ya bagus. Tapi kalau tidak? Memangnya ada yang bisa jamin/pastikan dia adalah jodohmu? Coba mari kita berpikir sejenak, seumpama yang kamu pacari itu bukan jadi jodohmu, bisa bayangkan bagaimana perasaan suami/istri mu di masa depan kalo dia tau saat ini kamu sering bermesraan dengan orang yang bukan jadi suami/istri kamu!? Jangankan bermesraan, pegangan tangan atau panggilan sayang saja sudah cukup untuk melukai perasaannya. Betul kah tidak!?
Atau sebaliknya bagaimana perasaanmu jika seandainya jodohmu nanti di masa depan saat ini sedang bermesraan, sayang-sayangan dengan orang lain!? Bagaimana perasaanmu jika seandainya dia sudah “menyerahkan” banyak hal ke orang lain!? Kamu tentu tidak mau kan!? Maka jangan lakukan hal yang sama, karena sadar atau tidak, jodoh adalah cerminan diri.
JUDUL — Jadi harus gimana dong?
Ya solusinya cuma satu, M-E-N-I-K-A-H.
Tapi saya/dia belum siap nikah!
Nah itu dia! Jawaban untuk sebenarnya pacaran itu apa adalah pacaran itu “sebuah metode” yang dipake oleh orang yang mau merasakan nikmatnya menikah tapi tidak siap menanggung beban dan tanggung jawab sebagai orang yang sudah menikah. Orang pacaran itu seumpama orang yang mau dapat hak tapi tidak mau punya kewajiban/tanggung jawab.
Orang yang mau merasakan nikmatnya menikah tapi belum siap dengan beban orang menikah. Orang yang mau merasakan jadi suami tapi belum siap jadi suami, orang yang mau merasakan jadi istri tapi belum siap jadi istri.
Dan sekali lagi ketahuilah bagi kalian kaum perempuan bahwa laki-laki adalah sosok yang paling senang dengan hal-hal yang tidak membutuhkan pertanggungjawaban. Apalagi jika bisa punya privileges (hak istimewa) dengan tanggung jawab yang sangat kecil. Beuuh suka sekali mereka. Kalau kamu belum siap menikah, ketahuilah kalo pacaran bukan persiapan nikah. Buat sendiri persiapanmu kalau mau menikah, susun sendiri rencanamu, buktikan pada dunia and let’s against the world! Heh?
Banyak yang menganggap dan merasa kalo tanpa cinta, tanpa pacaran, hidup itu “kering” dan membosankan. Sendiri itu kesepian! Padahal sebenarnya kesepian bukan alasan baik untuk jatuh cinta, karena ketahuilah banyak orang yang tetap merasa kesepian meski telah jatuh cinta. Meskipun dengan sendiri, sebenarnya banyak karir yang bisa kamu capai, banyak karya yang bisa kamu buat, banyak pengalaman yang bisa kamu dapatkan.

Udah, putusin aja!
Kalo kamu mau pacaran, mending niat itu ditahan dulu, karena pacaran jauh lebih seru kalo sudah nikah. Mau jalan tidak perlu takut dirazia, tidak takut dimarahi ortu, apalagi tidak takut zina, setelah menikah tidak ada namanya zina sama pasangan. Kata orang pacaran bisa bikin pikiran jadi lebih dewasa!? Lah, hoax itu, yang ada malah beradegan dewasa, nafsu belaka. Ketahuilah kalian yang dibutakan sama “katanya” cinta, kalian tidak akan pernah dewasa kalo otak masih dikendalikan nafsu, yang ada sebenarnya kalian, hmm maaf, “terlihat bego’“.

Bagi orang yang biasa memperhatikan orang pacaran pasti tau kalo orang pacaran itu kadang terlihat bego dan cenderung “menjijikkan”. Tingkah lakunya, kata-katanya, semuanya bikin geli’. Bagaimana saya tau? Saya pernah mengalaminya, sepasang cowok dan cewek yang dua-duanya teman sekolah saya bikin saya cukup menyadari hal itu. Begini ceritanya..
Pertama-tama, mari saya kenalkan dulu cowoknya. Namanya (disamarkan) Ari ke-8 (dari semua teman saya yang namanya Ari), dia anak yang jago olahraga, bodinya maco, tinggi semampai, saya kalo jalan sama dia kayak anak sama bapak. Hampir semua mata pelajaran olahraga dia babat habis, beda jauh sama saya yang pemanasan saja masih sering keseleo.
Ari rambutnya agak keriting dan suka sekali memakai baju motif army. Mungkin karena obsesinya dulu mau jadi tentara. Tiap kali keluar rumah penampilannya kayak orang mau pergi perang: jaket, celana, sampai sepatu semua motif tentara. Mungkin kalo dia nyasar di kampus tentara, mahasiswa baru di sana cium tangan sama dia.
Ari adalah orang yang humoris, asik dan santai diajak ngobrol, tapi kalo motor mogok dia masih mau bantu dorong. Saya pernah diajar cara jadi tinggi sama dia dengan gelantungan tiap pagi.. Dan Berhasil!!! Tiap kali angkat tangan pasti kentara tangan saya kepanjangan.
Kedua, mari saya kenalkan ceweknya Ari. Namanya Zona, anak kelas X yang beda dua tahun dengan saya dan Ari. Zona adalah anak yang pendiam dan pemalu, tapi kalo sama Ari, dia jadi malu-maluin. Mereka berdua adalah tipe orang yang kalo ketemuan biasanya akan ada “dokumentasi” muncul di medsos mereka, foto berdua, video berdua, bahkan voice note berdua. Dan anehnya saya selalu jadi yang pertama melihat itu semua.
Mereka kalo marahan sangat mudah ditebak, biasanya akan ada status pendek seperti “LELAH”, “USAI”, “SUDAHI MI” dengan tulisan warna putih dan background hitam, ditulis besar-besar. Atau kalau mereka sedang malas mengetik muncul status gambar hitam gelap total yang ada “backsound” nya pake lagu-lagu galau. Biasanya kalau sudah seperti ini saya harus siap-siap untuk diinterogasi panjang-lebar oleh salah satu dari mereka.
Ari dan Zona (jangan disambung) kalau teleponan mereka pasti suaranya kecil nan pelan mendekati bisik-bisik, biar orang lain tidak dengar. Mereka kalo lagi baper-bapernya sering pake nama panggilan yang makin lama makin bikin saya berpikir, ini cowok maco salah bodi apa ya!? Kalau mau beli sesuatu harus ada ritual saling tanya dulu dengan manja. Dan sering saling tolong-menolong untuk hal yang sebenarnya tidak perlu, pasang dan buka helm misalnya.
Kalo saya lagi apes menemani mereka ketemuan dan jadi obat nyamuk, biasanya habis pulang sekolah, mereka pasti dekat-dekatan, nempel terus kayak surat sama tukang pos. Jalan selalu gandengan kayak bayi yang satu badan dua kepala.
Sampai sekarang mereka masih pacaran, sudah lama, kalau dipake cicil rumah mungkin sudah lunas. Semoga mereka nantinya berakhir di pelaminan atau saya tidak bisa bayangkan berapa banyak foto dan video di medsos yang harus mereka hapus. Harapan saya semoga Ari atau Zona (sekali lagi jangan disambung) tidak membaca tulisan ini, atau saya bisa dikepung bala tentara.
Sebenarnya mungkin beberapa di antara kalian juga punya teman yang sebenarnya asik kalau mereka tidak sedang dalam “mode bucin”. Teman yang sebenarnya bisa diajak main kemana saja kalau tidak sedang jadi ojol pribadi. Cinta itu soal masa depan, tapi pertemanan belum tentu ada di masa depan.

Udah putusin aja bagi kamu yang punya pacar. Bukan karena tidak sayang atau tidak cinta, tapi karena cinta lebih pantas diperjuangkan dengan cara yang keren. Sebelum kamu pegang tangan si dia sebaiknya jabat dulu tangan bapaknya dalam sebuah akad. Udah putusin aja bagi kamu yang masih pacaran. Bukan karena ada yang lain yang lebih cantik/tampan, tapi karena penampilan fisik cuma berhak dinikmati oleh dia yang sudah sah. udah putusin aja bagi kamu yang takut terjerumus. Bukan karena tidak mau, tapi semuanya akan lebih nikmat tanpa adanya rasa khawatir.
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: ”Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” QS An–Nur (24):30
Cinta itu anugerah! Ya karena Tuhan sendiri yang menciptakannya, dan Tuhan pula yang membuat aturannya, mintalah semua perkara cinta sama yang membuatnya. Cinta itu abadi! Ya karena cinta bukan cuma soal dunia, tapi lebih dari itu cinta abadi hingga ke surga. Jangan nodai cinta kalau kamu mengaku benar-benar cinta, genggam tangan si dia bukan hanya di dunia tapi juga sampai di surga, jangan biarkan sentuhan tanganmu membawanya pada dosa apalagi neraka. Jangan pernah memandang kecil dosa yang kecil.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya seorang mukmin memandang dosa-dosanya seakan-akan ia sedang duduk di bawah gunung dan ia takut gunung tersebut jatuh menimpanya. Dan seorang fajir (yang selalu berbuat dosa) memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat di hidungnya lalu ia berkata demikian (mengipaskan tangannya di atas hidungnya) untuk mengusir lalat tersebut”. HR. Bukhari.
Jadi selanjutnya apa? Udah putusin aja!